Palembang, Poskita.id – Dalam dunia seni rupa, nama Astohari menjadi sorotan sebagai seniman muda berbakat yang mendedikasikan dirinya untuk merekonstruksi prasasti bersejarah. Lahir pada 11 Oktober 1993 di Tanjung Batu, Ogan Ilir (OI), Astohari kini menetap di Desa Jirak, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Dengan ketelitian tinggi, ia menciptakan replika prasasti yang sangat mirip dengan aslinya, menjadikannya salah satu pelopor di bidang ini.
Menghidupkan Sejarah Lewat Seni
Astohari, yang akrab disapa Totok, telah berhasil mereplikasi sejumlah prasasti penting seperti Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, dan Prasasti Telaga Batu. Dalam proyek terbaru, ia berkolaborasi dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) untuk membuat replika prasasti yang akan digunakan sebagai media pembelajaran sejarah. Selain itu, ia juga berpartisipasi dalam inisiatif pembuatan Office Museum di Gedung Walikota Palembang, yang digagas oleh Penjabat Walikota Palembang, Dr. A. Damenta.
Astohari menjelaskan bahwa merekonstruksi prasasti bukanlah tugas mudah. “Kesulitan utamanya adalah menciptakan kemiripan yang sangat detail dengan prasasti asli, terutama pada prasasti yang tulisannya sudah aus,” ungkapnya. Dalam proses ini, ia membutuhkan waktu hingga dua bulan untuk menyelesaikan sebuah replika. Tantangan terbesar adalah menemukan bahan yang mendekati bentuk dan tekstur prasasti asli.
Dedikasi yang Berakar pada Pendidikan dan Pengalaman
Astohari merupakan lulusan S1 Seni Rupa Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2018. Ketertarikannya pada seni rupa dimulai sejak masa sekolah, dan terus berkembang hingga ia menjadi Ketua Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Sumatera Selatan (IKPM) pada tahun 2015. Setelah lulus dari ISI, ia sempat bekerja di perusahaan swasta selama delapan bulan sebelum sepenuhnya mendalami seni rupa.
Sebagai seniman yang telah berkarier selama lebih dari satu dekade, Astohari tidak hanya fokus pada prasasti. Ia juga menciptakan karya seni lainnya, seperti lukisan, mural, dan patung. Beberapa karyanya yang terkenal termasuk Lukisan Tarian Stabek, Lukisan Aktivitas Penambangan Minyak, dan Mural Ngupi Art Project di Yogyakarta.
Penghargaan
Pada Oktober 2024, ia menerima penghargaan sebagai Pelaku Seni Bidang Seni Rupa dalam Festival Randik Musi Banyuasin. Penghargaan ini menjadi bukti dedikasinya terhadap seni dan pelestarian budaya lokal.
“Penghargaan ini memotivasi saya untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat,” ujarnya.
Masa Depan Seni Rupa Lokal
Astohari memiliki visi besar untuk membuka sanggar seni yang akan menjadi tempat belajar bagi generasi muda.
“Sanggar ini bertujuan untuk membantu anak-anak muda mengembangkan kemampuan seni rupa, terutama dalam merekonstruksi sejarah melalui seni,” katanya.
Ia berharap dedikasinya dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menjaga warisan budaya, terutama prasasti dan artefak bersejarah yang menjadi bagian penting dari identitas bangsa. (*)
Profil Singkat Astohari
Nama Lengkap: Astohari
Tanggal Lahir: 11 Oktober 1993
Alamat: Desa Jirak, Kecamatan Jirak Jaya, Muba
Pendidikan: S1 Seni Rupa Murni, ISI Yogyakarta (2018)
Prestasi: Penghargaan Seni Rupa Festival Randik (2024)
Kontak:
Email: [email protected]
Facebook: Astohari151
WhatsApp: 085314113845