Pergeseran Paradigma Industri Kelapa Sawit Jadi Sorotan pada Kunjungan Politeknik Negeri Sriwijaya

Jambi92 Dilihat

Muaro Jambi, Poskita.id – Pergeseran paradigma dalam industri perkebunan kelapa sawit, dari ketergantungan pada bahan kimia ke bahan organik, menjadi fokus utama kunjungan industri Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Politeknik Negeri Sriwijaya.

 

Kunjungan yang diadakan di Rumah Produksi Kompos CV. Mutiara Kasih Ibru, Desa Ibru, Muaro Jambi, pada Selasa (8/10/2024) itu bertujuan untuk menjawab tantangan dalam industri kelapa sawit yang semakin beralih ke praktik pertanian berkelanjutan.

 

Dalam kunjungan yang melibatkan dosen dan mahasiswa, seperti Christian Yosua Salomo Aritonang, Ias Marroha Doli Siregar, Egi Dea Sapitri, dan lainnya, dibahas pentingnya pengelolaan limbah biomassa dari pabrik dan kebun kelapa sawit sebagai pengganti bahan kimia.

 

Pergeseran ini dinilai penting mengingat semakin mahal dan langkanya pupuk kimia, serta kebutuhan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

 

Dan Peran Politeknik sebagai perguruan tinggi vokasi dinilai sangat penting untuk menjawab tantangan tersebut, sebab sebagai perguruan tinggi vokasi yang mengedepankan driven industri menuntut mahasiswa harus memiliki kemampuan atau kompetensi yang dibutuhkan oleh DUDIKA (dunia usaha dunia industri).

Alur proses pembuatan pupuk kompos

 

Anggoro, pemilik rumah produksi mengatakan, Rumah Produksi Kompos CV. Mutiara Kasih Ibru yang mulai beroperasi pada tahun 2020, kini memproduksi 300 ton kompos per bulan dengan memanfaatkan limbah industri di sekitarnya.

 

“Pembuatan kompos sebenarnya sederhana dan dapat dilakukan oleh mahasiswa,” ujarnya.

 

Anggoro juga menekankan pentingnya menjaga kadar air dan kualitas starter probio untuk memastikan standar kualitas kompos.

 

“Kami fokus pada kualitas, terutama menjaga kadar air dan menggunakan starter probio yang segar,” jelas Anggoro.

 

Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda Transformasi Budidaya Sawit Berkelanjutan, yang bertujuan menurunkan biaya eksploitasi, mengurangi emisi GRK, dan meningkatkan akses sertifikasi ISPO dan RSPO.

 

Pergeseran ini juga diharapkan membawa perubahan signifikan dalam standar operasional dan norma kerja di industri kelapa sawit.

 

“Politeknik Negeri Sriwijaya siap berkolaborasi dengan industri kelapa sawit dalam menghadapi tantangan perubahan ini dan berkomitmen mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan,” tutup salah satu dosen yang ikut dalam kunjungan tersebut. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *