Jerit Pinta Keadilan Dari Ibu Dan Anak Terduga Pelaku Penyalahguna Narkoba

 

Septa istri dari Almarhum Candra Masih belum bisa percaya dan berasa mimpi kalau kini ia sudah ditinggal selama-lamanya oleh suami tercinta, yakni lelaki yang selama ini menopang ekonomi keluarga kecilnya. Suasana berkabung nampak masih menyelimuti raut muka perempuan yang kini menginjak umur 38 tahun itu.

Setelah kepergian Almarhum Candra yang diduga terlibat penyalahgunaan narkotika, Septa yang kini harus tetap melanjutkan hidup bersama anak semata wayangnya yang kini sedang duduk dibangku salah satu Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kabupaten Lahat.

Air matanya berlinang tatkala ada pentakziah dari tetangga, sanak kerabat keluarga yang bertandang untuk berbelasungkawa, dengan tetap menegarkan hati, meski terbata-bata ia berusaha melayani setiap orang yang hadir dan menjawab sedikit demi sedikit pertanyaan yang dilontarkan perihal sebab musabab, apa yang menyebabkan suaminya hingga meninggal dunia.

Sesekali nampak Septa menyeka air matanya yang jatuh tanpa ia sadari ketika mengenang suaminya, Septa berusaha tersenyum dan menjawab salam tamu yang datang dari pintu utama rumahnya, seakan memberi isyarat bahwa ia kuat untuk menerima cobaan yang kini dialami keluarganya.

Tak jauh dari duduknya seorang ibu rumah tangga ini, suara lirih terdengar dari lelaki yang diperkirakan kini menginjak usia 16 tahun yang tak lain adalah buah cinta kasih dari pernikahan Septa dan Candra.

“Om Papa dak bersalah om, papa tuh wong baek bagi kami, papa itu dak mungkin lari om, papa tuh dak mungkin lari, dio kakinyo sudah patah dari dulu, papa tuh dibunuh om. Papa tuh digebuki pas diborgol om,”ucapnya meyakinkan wartawan yang sedang meminta keterangan dari perempuan yang kini harus menjadi mama sekaligus papanya.

Suasana sejenak hening, terlihat beberapa orang yang duduk di rumah sederhana itu mengusap air mata seakan turut merasakan kesedihan mendalam yang dialami pihak ahli musibah.

Ditengah suasana hening tersebut, tegar dalam balutan kesedihan di hari ke-empat terbenamnya jenazah Candra di pusara Liang Lahat, perempuan yang nampak dengan kerudung coklat yang menutupi kepalanya itu, mengatakan seraya menegaskan agar keadilan segera ia dapatkan supaya kebenaran segera terungkap diantara asumsi-asumsi liar yang dianggapnya menyudutkan almarhum yang kini sudah terbaring damai menghadap Sang Khalik.

“Saya minta kejujuran dari pihak aparat dalam hal ini pihak Polres Lahat agar masalah ini tak berkepanjangan, kami yang kehilangan, kami yang merasa ada kejanggalan, meninggalnya suami saya jelas bukan seperti yang disampaikan fihak dokter Forensik, ada kejadian awal yang kami patut duga adalah adanya penganiayaan hingga Suami saya meninggal,”ucapnya yang seketika membuat seisi rumah terdiam.

Dilain sisi, Kapolres Lahat God Parlasro S.H SIK M.H selaku orang nomor satu di tubuh Polres Lahat Polda Sumsel, ia menyadari betul duka yang dialami pihak keluarga almarhum Candra. Dituturkan salah satu perwira terbaik pemegang melati dua dipundaknya itu, ia menghormati proses hukum berupa laporan polisi yang diajukan berupa laporan ke Satreskrim Polres Lahat yang menganggap adanya kejanggalan terkait meninggalnya Candra di dalam waktu dan hari yang sama pada saat proses penggerebekan di salah satu rumah terduga pelaku penyalahgunaan narkoba di hari Selasa tanggal 30 April 2024 lalu.

“Kami atas nama Kapolres Lahat tentunya turut berbelasungkawa atas meninggalnya Candra, saya mengapresiasi dan menghormati tindakan pihak keluarga Almarhum yang melaporkan ke Satreskrim Polres Lahat yang mana sebagai langkah upaya dari pihak keluarga yang menganggap kematian almarhum ada kejanggalan, saya memastikan proses hukum bakal berjalan transparan,”tegasnya seraya menyebut dan menyatakan sikap siap 1×24 jam untuk berkoordinasi dengan pihak ahli duka.

Hasil Autopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Muhammad Hasan Kota Palembang, melalui mulut dr Indra Syakti Nasution dalam keterangan dibeberapa media surat kabar harian, media pemberitaan TV dan media berita online, mengatakan kemungkinan besar benar bahwa Candra tewas akibat kekurangan oksigen di paru-parunya. Kamis, (02.05.2024).

Berdasarkan hasil pemeriksaan dalam, jenazah tewas karena asfiksia atau kekurangan oksigen. Hal tersebut bisa disebabkan oleh penyakit, tindakan mekanik, atau obat-obatan.

Terkait keterangan polisi mengenai Candra yang kelelahan usai berlari saat percobaan kabur, Indra membenarkan kemungkinan hal tersebut.

“Kalau seperti kabarnya yang jatuh ke jurang 50 meter, pasti sudah remuk mukanya. Tapi kalau kelelahan, kemungkinan besar itu yang terjadi,” ujarnya. Dikutip dari Detik Sumbagsel.

Lebih lanjut dalam keterangannya, terdapat tanda-tanda penyakit lain yang ditemukan pada organ dalam Candra. Paru-parunya, lanjut Indra, keras serta memiliki banyak benjolan di sisi kanan dan kiri.

“Kami temui paru-paru dan ginjal jenazah dalam keadaan abnormal, keras seperti ada massa. Kalau paru-paru normal, itu teksturnya seperti jeli dan rata.

Selain itu, Indra membenarkan adanya kandungan obat-obatan dalam pemeriksaan urine jenazah.

“Pada pemeriksaan urin, memang ditemukan adanya Amfetamin dan Metafetamin. Namun kami tidak dapat mengetahui pasti kandungannya,” jelasnya.

Indra juga menjelaskan adanya luka-luka dari pemeriksaan luar tubuh wiraswasta asal Lahat itu. Namun, luka tersebut hanya luka minor yang tidak memungkinkan menjadi penyebab kematian.

“Jadi pada pemeriksaan luar, kami jumpai luka-luka di pelipis kiri, pipi kiri, pergelangan tangan bekas borgol, dan kaki,”tandasnya.

#JURANG Menurut WIKIPEDIA#

Jurang adalah bentuk lahan yang lebih sempit dari ngarai dan seringkali merupakan hasil dari erosi tepian sungai . [1] Jurang biasanya diklasifikasikan sebagai skala yang lebih besar dari selokan, meskipun lebih kecil dari lembah

Jurang umumnya merupakan bentuk lahan lereng fluvial dengan sisi (penampang melintang) yang relatif curam, dengan kemiringan lereng antara dua puluh hingga tujuh puluh persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *