Mencaci Pemimpin Bukan Budaya Masyarakat Aceh, Ini Penjelasan MAA

ACEH, News773 Dilihat

Aceh, Poskita.id – Berbagai fenomena yang ramai saat ini adalah banyaknya pribadi maupun kebiasaan dari masyarakat indonesia yang memiliki kebiasaan mencaci maki para pemimpin di berbagai media sosia l (Medsos), Rabu (30/6).

Menyimak fenomena caci maki di media sosial (medsos) dewasa ini sudah sangat mengkhawatirkan, dan tentunya bertentangan dengan budaya serta adat istiadat Aceh.

Majelis Adat Aceh (MAA) mengajak para anak muda masyarakat Aceh untuk tidak terpengaruh dengan isu-isu miring yang dipertontonkan di medsos.

Hal itu disampaikan Ketua Bidang Adat Istiadat MAA, H Bahtiar AR., dalam keterangannya kepada awak media.

Menurut Bahtiar, selain melalui medsos, hal serupa juga ditunjukkan dengan sikap vandalisme atau dipertontonkan dengan tulisan cacian yang merusak keindahan lingkungan, yang juga terus diproduksi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang merusak tatanan kehidupan bermasyarakat di Aceh, terutama tatanan kehidupan generasi muda.

“Beberapa minggu terakhir Saya melihat anak-anak muda Aceh terlibat aksi vandalisme yaitu mengotori kota dengan mencoret coret dinding, pagar dan jembatan, menulis secara lantang dan kasar di media sosial terhadap Gubernur Aceh dengan tanpa memperhatikan etika keAcehan yang baik,” katanya.

Tindakan mencaci pemimpin di depan umum tentu ini bukan Adat Aceh, sebab dihadapan hukum juga diminta senantiasa mengedepankan azas praduga tidak bersalah, sebelum hakim yang memutuskan bersalah atau malah tidak.

Dengan demikian, tidak muncul fitnah kepada para pemimpin di Aceh, ujar Bahtiar.

Bahtiar menambahkan sebagai Anggota MAA Aceh, dirinya ikut prihatin dengan akhlak anak muda yang demikian. Apalagi sampai menuduh orang melakukan kesalahan yang belum tentu ia lakukan.

Hal ini bukanlah cerminan adat orang Aceh. “Kita tau semua permasalahan dapat di selesaikan dengan musyawarah dan mufakat, tidak elok lah rasanya mencaci orang apalagi pemimpin kita di depan umum” ujar Bahtiar.

Di sisi lain, Amri Andid, pengamat sosial di Aceh, berharap masyarakat bisa menahan diri serta bisa menilai bahwa tindakan vandalisme dengan mencoret–coret fasilitas umum. Hal tersebut tentu melanggar hukum.

“Apalagi memunculkan sikap menyerang dengan berbagai tulisan isu miring kepada pemimpin di Aceh,” ujar Amri Andid.

Masyarakat Aceh memiliki histori dan budaya Yang cukup baik Dimata dunia, hendaknya kita jaga dan kita lestarikan sampai ke anak cucu nantinya. (Yas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *