Pagelaran Legenda Pulau Cinta  Memukau Ratusan Penonton Halaman Museum SMB II

Berita, Ragam290 Dilihat

Palembang, Poskita.id – Rintik hujan masih turun  ketika pembawa acara membuka kegiatan pergelaran drama musikal legenda pulau cinta di halaman museum SMB II Palembang (6/7) malam.

Memang, sejak jam 1 siang tadi, hujan deras telah menyiram bumi Palembang. Untunglah, secara berangsur hujan mulai gerimis dan benar-benar berhenti ketika pertunjukan yang didukung oleh program hibah Dana Indonesiana,  Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dimulai.

Ratusan penonton yang sudah memenuhi   kursi di bawah tenda tampaknya sudah tak sabar untuk menyaksikan garapan seni pertunjukan kolaborasi antara seni musik, seni tari dan seni drama ini.

Di bagian kursi depan, tampak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel  Aufa Syahrizal,  dan Kabid kebudayaan Disbupar Sumsel, Cahyo Sulistianingsih, Kadisbud Kota Palembang yang diwakili Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Palembang  Septa Marus Eka Putra, Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI yang diwakili oleh  Dedi Afrianto, budayawan Vebri Al Lintani yang dalam pementasan ini selaku penulis naskah.

Kemudian, Kesultanan Palembang Darussalam yang diwakili oleh Pangeran Suryo Kemas AR Panji, Pangeran Wiro Iskandar Syahbani,  Kepala Stasiun LPP RRI Palembang, Rahma Juwita, S Kepala Bidang Program Siaran LPP RRI Palembang, Dra Rita Sumarni, MSi dan beberapa seniman Palembang lainnya.

Sebelum pergelaran dimulai, Nurdin selaku penerima hibah Dana Indonesiana mengucapkan terima kasih  atas dukungan semua pihak, baik dari Disbudpar Sumsel, Disbud Kota Palembang, para seniman dan seluruh sanggar yang terlibat dalam pagelaran ini.

“Besar harapan saya  agar semua seniman kota Palembang dapat bersaing merebut dana hibah dari program Dana Indonesiana Kemdikbud dan LPDP ini agar dapat terus menjadi barometer untuk seniman seniman lain di Sumsel serta dapat berkontribusi dalam menjaga ekosistem kebudayaan di kota palembang,” katanya.

Selanjutnya Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Palembang  Septa Marus Eka Putra didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Sumsel Bapak Aufa Syahrizal, yang secara resmi membuka pergelaran Drama Musikal Legenda Pulau Cinta tersebut.

“Kami dari pemerintah pasti selalu mendukung, apapun yang dapat kami bantu akan kami bantu sebatas kemampuan yang ada. Saya mengamati jejak rekam Nurdin sebagai seniman yang kreatif. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk tidak didukung,” ujar Aufa yang kemudian secara resmi membuka kegiatan.

 

Pergelaran dimulai

Adegan pembukaan diisi oleh sembilan penari disabilitas dan satu penari di belakangnya. Pelibatan kelompok disabilitas yang menarik perhatian penonton ini dipandu oleh seseorang yang menggunakan isyarat.

Dilanjutkan dengan adegan kedatangan Tan Bun An  dari Tiongkok yang disambut oleh pamannya di Palembang.

Ketika di Palembang Tan Bun An bertemu pandang dengan seorang gadis Palembang bernama Siti Fatimah(diperankan oleh Shellyna Salsabila). Pandangan pertama itu membuat perasaan Tan Bun An  (diperankan oleh Erick Pirselly) menjadi tak karuan. Begitu pula dengan Siti Fatimah.

Melihat kelakuan Tan Bun An seringkali dia diolok-olok oleh pengawalnya (diperankan oleh Juanda). Paman Tan Bun An pun ikut heran dengan prilaku keponakannya ini.

“Hayya, sepertinya oe terkena penyakit cinta. Ini bahaya. Orang bisa bunuh diri gara-gara cinta,” kata Paman Tan Bun An yang diperankan oleh Yussudarson Sonov.

Karena takut akan terjadi apa-apa Singkat cerita, Paman Tan Bun An segera melamar Siti Fatimah. Kehendak berjawab, lamaran diterima oleh Abah Siti Fatimah dengan mahar tujuh guci emas yang akan dikirim dari Tiongkok.

Ketika menunggu kiriman ditampilkan pula pertunjukan Barongsai dan Wushu. Puncaknya, Tan Bun An sangat kecewa dan emosi melihat asinan sawi  di dalam guci emas.

Dia pun membuang guci-guci emas tersebut. Namun pada guci ke tujuh, dia terpeleset, dan ternyata di bagian bawah guci adalah emas.

Tanpa pikir Panjang Tan Bun An segera terjun ke sungai musi. Dia bermaksud ingin mengambil emas yang telah dia buang bersamaan dengan enam guci emas tersebut. Namun, malangnya, dia tidak kembali lagi ke permukaan.

Melihat kejadian tersebut, Siti Fatimah pun menyusul Tan Bun An, dan juga tak kembali lagi.

Tinggalah Abah (diperankan oleh Imansyah dan Ebok (diperankan oleh Isnayanti Syafrida yang menangis histeris melihat anak  dan calon menantunya yang  menghilang ditelan Sungai Musi.

Drama musikal yang berdurasi lebih kurang 90 menit ini didukung oleh Vebri Al Lintani (Penulis Naskah), Amir Hamzah (sutradara), Syawal (artistik), Rio Saputra (penata musik), Yayasan dan Sanggar Dinda Bestari,  dan Komunitas Seniman Tari Kota Palembang (Kasta). Dan 50 orang seniman tari lainnya. (FA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *